Tarif Kantong Plastik, Apakah Sebuah Kedzoliman?

Menyoal tentang tarif plastik di mini/super market. Banyak yang berpendapat bahwa ini adalah bentuk kedzoliman pemerintah kepada rakyatnya dan hal ini hanya menguntungkan pengusaha mini/super market tersebut. Bukan masalah 200 rupiah yang menjadi persoalan, tapi bentuk ketidakadilan tentang aturan yang diterapkan. Membatasi penggunaan plastik hanya diterapkan kepada konsumen, tidak kepada produsen yang membungkus kemasan produknya dengan plastik juga, bukankah ini bentuk ketidakadilan?

Beberapa konsumen marah dan protes atas aturan ini, menuliskan pengalaman kemarahanya di sosial media berkaitan dengan hal ini.

Akhirnya beberapa dari kita memutuskan untuk tidak memakai kantong plastik yang disediakan mini/super market, karena mengeluarkan 200 rupiah untuk sebuah ketidakadilan adalah sesuatu yang sangat menyakitkan.

Nah, lihat hasil akhirnya apa?, "Kita jadi sedikit berpikir dan mempertimbangkan diri untuk memakai kantong plastik dari mini/super market sehingga penggunaan plastik kantong menjadi sedikit berkurang". Bukankah ini menjadi sebuah edukasi bagi kita atas aturan tersebut, akhirnya mengurangi pemborosan plastik yang kita anggap biasa saja selama ini.

Mengenai aturan penggunaan plastik untuk produsen, saya kira pemerintah juga sudah memikirkannya dan mungkin sudah ada aturan, yang pastinya berbeda dengan aturan penggunaan plastik yang harus ditaati oleh konsumen. Kalau memang belum, harap bersabar, bukankah ada kaidah yang mengatakan "sesuatu yang tidak bisa diambil semua, tidak berarti ditinggalkan semua".

Tetaplah berpikir positif dalam setiap keadaan, karena orang yang berpikir besar memiliki banyak pertimbangan dan perhitungan. Sebaliknya, kalau kita hanya berpikir dalam ruang lingkup yang kecil, maka kita akan mudah menjadi hakim yang memvonis, akan marah dan akhirnya berputus asa.

Posting Komentar untuk "Tarif Kantong Plastik, Apakah Sebuah Kedzoliman?"