Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah
Dalam menghadapi tahun baru hijriyah
atau bulan Muharram, sebagian kaum muslimin salah dalam menyikapinya.
Bila tahun baru Masehi disambut begitu megah dan meriah, maka mengapa
kita selaku umat Islam tidak menyambut tahun baru Islam semeriah tahun
baru masehi dengan perayaan atau pun amalan?
Satu hal yang mesti diingat bahwa sudah
semestinya kita mencukupkan diri dengan ajaran Nabi dan para
sahabatnya. Jika mereka tidak melakukan amalan tertentu dalam menyambut
tahun baru Hijriyah, maka sudah seharusnya kita pun mengikuti mereka
dalam hal ini. Bukankah para ulama Ahlus Sunnah seringkali
menguatarakan sebuah kalimat,
لَوْ كَانَ خَيرْاً
لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik,
tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita melakukannya.”[9]
Inilah perkataan para ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang
tidak pernah dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan
semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu
kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.[10]
Sejauh yang kami tahu, tidak ada amalan
tertentu yang dikhususkan untuk menyambut tahun baru hijriyah. Dan
kadang amalan yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam
menyambut tahun baru Hijriyah adalah amalan yang tidak ada tuntunannya
karena sama sekali tidak berdasarkan dalil atau jika ada dalil,
dalilnya pun lemah.
Amalan Keliru dalam Menyambut
Awal Tahun Hijriyah
Amalan Pertama:
Do’a awal dan akhir tahun
Amalan seperti ini sebenarnya tidak ada
tuntunannya sama sekali. Amalan ini tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, para sahabat, tabi’in dan ulama-ulama besar
lainnya. Amalan ini juga tidak kita temui pada kitab-kitab hadits atau
musnad. Bahkan amalan do’a ini hanyalah karangan para ahli ibadah yang
tidak mengerti hadits.
Yang lebih parah lagi, fadhilah atau
keutamaan do’a ini sebenarnya tidak berasal dari wahyu sama sekali,
bahkan yang membuat-buat hadits tersebut telah berdusta atas nama Allah
dan Rasul-Nya.
Jadi mana mungkin amalan seperti ini
diamalkan.[11]
Amalan kedua:
Puasa awal dan akhir tahun
Sebagian orang ada yang mengkhsuskan
puasa dalam di akhir bulan Dzulhijah dan awal tahun Hijriyah. Inilah
puasa yang dikenal dengan puasa awal dan akhir tahun. Dalil yang
digunakan adalah berikut ini.
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ
ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ
السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ
بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada
akhir dari bulan Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan
Muharrom, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan
puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah ta’ala
menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50 tahun.”
Lalu bagaimana penilaian ulama pakar
hadits mengenai riwayat di atas:
- Adz Dzahabi dalam Tartib Al Mawdhu’at (181) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan gurunya –Wahb bin Wahb- yang meriwayatkan hadits ini termasuk pemalsu hadits.
- Asy Syaukani dalam Al Fawa-id Al Majmu’ah (96) mengatan bahwa ada dua perowi yang pendusta yang meriwayatkan hadits ini.
- Ibnul Jauzi dalam Mawdhu’at (2/566) mengatakan bahwa Al Juwaibari dan Wahb yang meriwayatkan hadits ini adalah seorang pendusta dan pemalsu hadits.[12]
Kesimpulannya hadits yang menceritakan
keutamaan puasa awal dan akhir tahun adalah hadits yang lemah yang
tidak bisa dijadikan dalil dalam amalan. Sehingga tidak perlu
mengkhususkan puasa pada awal dan akhir tahun karena haditsnya
jelas-jelas lemah.
Amalan Ketiga:
Memeriahkan Tahun Baru Hijriyah
Merayakan tahun baru hijriyah dengan
pesta kembang api, mengkhususkan dzikir jama’i, mengkhususkan shalat
tasbih, mengkhususkan pengajian tertentu dalam rangka memperingati
tahun baru hijriyah, menyalakan lilin, atau membuat pesta makan, jelas
adalah sesuatu yang tidak ada tuntunannya. Karena penyambutan tahun
hijriyah semacam ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, para sahabat
lainnya, para tabi’in dan para ulama sesudahnya. Yang memeriahkan tahun
baru hijriyah sebenarnya hanya ingin menandingi tahun baru masehi yang
dirayakan oleh Nashrani. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas
telah menyerupai mereka (orang kafir). Secara gamblang Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ
مِنْهُمْ
”Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka”[13]
Penutup
Menyambut tahun baru hijriyah bukanlah
dengan memperingatinya dan memeriahkannya. Namun yang harus kita ingat
adalah dengan bertambahnya waktu, maka semakin dekat pula kematian.
Sungguh hidup di dunia hanyalah sesaat
dan semakin bertambahnya waktu kematian pun semakin dekat. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا
أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ
رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Aku tidaklah mencintai dunia dan
tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia tidak
lain seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat,
lalu meninggalkannya.”[14]
Hasan Al Bashri mengatakan, “Wahai
manusia, sesungguhnya kalian hanya memiliki beberapa hari. Tatkala satu
hari hilang, akan hilang pula sebagian darimu.”[15]
Semoga Allah memberi kekuatan di
tengah keterasingan. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya
segala kebaikan menjadi sempurna.
Publikasi : www.rynoedin.blogspot.com
Berlangganan Postingan dari Blog Remaja Muslim melalui email..
Posting Komentar untuk "Amalan Keliru dalam Menyambut Awal Tahun Hijriyah"
Posting Komentar